Pengemis-pun harus(nya) bisa melihat keadaan pasar.

Saya sedang perjalanan menuju bengkel,di perjalanan, saya melewati perempatan besar di daerah bekas rusun pulomas.Di situ memang cukup banyak pengemis ditambah bencong pada malam hari.
Tetapi,yang menjadi perhatian saya adalah seorang wanita kemoceng,yaa kira-kira berumur belasan tahun.

Satu hal yang menarik adalah biasanya saat melihat mobil saya, hampir pasti dia melewati-nya karena sudah hampir pasti juga saya tidak memberikan uang,kenapa ?,tentu saja karena kemoceng yang dipakai-nya sangat meragukan,salah-salah yang ada mobil saya lecet2.Tapi ternyata tidak hanya saya yang meragukan bulu2 kemoceng itu,mobil lain pun demikian.Ternyata persepsi “pasar” sudah terbentuk,

“kemoceng yang dipakai oleh para pengemis pasti merusak mobil”

.Walaupun mungkin dia mengganti kemocengnya dengan yang bagus sekalipun,akan sulit,karena persepsi pasar(konsumen) telah tertanam sedemikian kuatnya.Sudah seharusnya dia menyadari bahwa jika dia terus berkemoceng ria,pendapatannya pun tidak akan bertambah,dia harus banting stir ke profesi lain.Pengamen misalnya atau hmm mungkin jika hanya tepuk-tepuk tangan-pun pendapatannya akan lebih stabil.Tapi ya kalau bisa sih,biarpun judulnya pengemis ya niat sedikit toh,ngamen pake gitar yang mumpuni,lagu yang jelas,suara yang ga asal-asalan.Supaya kita yang ngasih ngerasa worth dengan apa yang dia beri.

Nah,pelajaran yang bisa kita ambil adalah sebuah perusahaan sudah seharusnya bisa melihat pangsa pasar yang digeluti,jangan hanya joss aja jual sana jual sini.Terus lakukan survey,ambil feedback dari konsumen(connection),lihat trend yang sedang in,rubah dan perbaiki product menurut hasil survey(change),cermati apa yang kosong di pasar,isi,kalo hoki anda akan menjadi pelopor.Good Luck.

*tadinya saya mau memberi contoh,tapi setelah berpikir agak lama,belum kapasitas saya mangambil contoh dan mengkritik perusahaan yang sudah eksis. 🙂
-Mobile Blogging

Posted by ShoZu